Sabtu, 16 Februari 2013

PENDEKATAN GEOEKOSISTEM UNTUK KAJIAN DAYA DUKUNG WILAYAH KEPESISIRAN DI KECAMATAN JAILOLO

Ditulis oleh Adrisal Hena dengan bimbingan Dr. Langgeng Wahyu Santosa, S.Si., dan M.Si. Sigit Herumurti B.S, S.Si.,M.Si. Penelitian ini dilakukan di wilayah kepesisiran Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah identifikasi potensi dan masalah, mengkaji daya dukung berdasarkan kesesuaian lahan, dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan di wilayah kepesisiran Kecamatan Jailolo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan geoekosistem, yaitu pendekatan yang dapat menyatukan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh di wilayah kepesisiran. Metode dipakai adalah metode survei, teknik sampling menggunakan stratified random sampling, cara analisis menggunakan analisis kuantitatif, dan permodelan spasial menggunakan program aplikasi ArcGis versi 9,3 dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan dengan matriks dan zonasi spasial. Hasil penelitian didapati 15 satuan geoekosistem yang merupakan dasar dalam kajian penelitian ini. Dengan berpedoman pada indikator kunci dari survei cepat terintegrasi berhasil di identifikasi potensi yang terdiri, dari; potensi pertanian, mangrove, perikanan, tipe pantai, terumbu karang, dan pulau-pulau kecil, dan permasalahan yang teridentifikasi adalah erosi dan abrasi, longsor, penambang pasir marin, air minum, ekpsloitasi sumberdaya dan infrastruktur. Kajian daya dukung lingkungan (DDL) yang di ukur meliputi: DDL pertanian tanaman jeruk, cabai, jagung dan ubi jalar dengan kelas S1 dan S2; DDL wisata Pantai Marimbati dengan kelas S2, Pantai Idamdehe dengan kelas S1, Pantai Tuada dengan kelas S2; DDL rehabilitasi mangrove dengan kelas S1; DDL perikanan budidaya tambak dengan kelas S1, budidaya rumput laut dengan kelas S2 dan N; DDL budidaya terumbu karang dengan kelas S1, S2, dan S3; dan DDL budidaya keramba jaring apung dengan kelas S1, S2, dan N. Berdasarkan potensi, permasalahan dan daya dukung lingkungan (DDL) dari masing-masing satuan geoeskosistem, maka dapat dirumuskan strategi pengelolaan lingkungan, sebagai berikut. Satuan geoekosistem pesisir dan benting gisik dengan kebun campur dikembangkan budidaya jeruk dan jagung serta agrowisata. Satuan geoekosistem pesisir dan benting gisik dengan permukiman dikembangkan budidaya jeruk sebagai tanaman pekarangan. Satuan geoekosistem pesisir dengan rawa sagu dan mangrove untuk konservasi lahan dan ekowisata. Satuan geoekosistem pesisir dengan tambak dikembangkan budidaya tambak dan agrowisata. Satuan geoekosistem pantai dengan wisata pantai selain Pantai Idamdehe, Marimbati, dan Tuada dapat juga dikembangkan pada sumber mata air panas, dan pada beberapa areal harus ditetapkan sempadan pantai. Serta satuan geoekosistem zona pecah gelombang dengan tubuh air, terumbu karang, dan pulau-pulau kecil dapat ditetapkan kawasan konservasi dan dikembangkan ekowisata, budidaya perikanan terumbu karang, dan keramba jaring apung.